Kamis, 04 Mei 2017

#2 Konsistensi


Konsistensi akan menjadikanmu legenda. Selanjutnya legenda niscaya berwujud mitos.
Sungguh sayang, kita hanya melingkar sebelum genap.
Semula motivasi saya menulis catatan patah hati ini sekadar saluran energi negatif saya, saya tak ingin melulu mengutukmu. Sebab dalam semesta, energi tak musnah. Ia hanya berkonversi ke bentuk atau akumulasi lain.
Termasuk untuk menulis catatan ini secara serampangan, dengan jadwal sesuka hati-yang kamu rusak-saya. Itu niat awalnya, sekadar anggapan mengutukmu akan buat saya boros energi. Niat itu melenceng, sebab saya sadar energi kekal. Semua catatan yang kelak saya tulis tentu tak bisa menghilang seluruh sakit.
Dan oleh karenannya, saya akan menulis catatan ini setiap hari.
Walau konsekuensinya adalah saya akan meracau tanpa arah. Saya bahkan menghabis waktu satu jam sampai di titik ini. Belum lagi saya sambil menerus memeriksa ponsel, apakah ada sudimu untuk memeriksa perasaan terbaru saya; untuk memeriksa konsistensi saya meninggalkan kita.
Hanya dua kali kamu bertanya kabar saya hari ini, yang untungnya saya masih kuat untuk tak menanggapi apapun. Sisanya seperti biasa saja, seperti tak ada selingkuhmu, seperti tak ada pengakuan yang kamu timbun bertahun. Kamu masih sebut saya sayang.
Soal ini ada dua hal. Pertama kamu memang jago. Sejak pertama hingga terakhir kali kita bertengkar, kamu hanya berdiam diri, tak melangkah. Kedua, tentu soal saya yang terlalu mudah memaafkanmu. Mungkin itu yang membuat semuanya buatmu jadi sepele. Mungkin itu yang membuat pernyataan saya untuk mengakhiri hubungan ini tak kamu gubris, sehingga kamu bisa berlenggang seakan bumi tetap berotasi dengan memakan waktu yang sama sejak dahulu. Padahal jika kamu lebih jeli, sejak lahir bumi kehilangan sepersekian detik tiap harinya. Dan dari sini konsep kiamat muncul.
Pemicu; Pertengkaran; kamu tak terima kita bertengkar; saya jelaskan matriksnya; kamu marah membantah; saya kembali jelaskan matriksnya; kamu bersikeras membantah; saya lebih marah; kamu menerima seperempat eksplanasi saya; saya membuas; kamu mengernyit; saya hilang; kamu memburu; saya tak nyaman dengan berburumu; kamu menerima kehilangan saya; saya kembali padamu; kembali semula; pemicu; pertengkaran; ; ;
Kita memang tak terlalu bijak. Alih-alih saling mencintai, kita malah berkompetisi untuk memenangkan. Bukan menenangkan.
Ah, catatan ini terlalu dibuat-buat. Tapi tak apa, ada harga yang memang harus dibayar dari permulaan.
Ada satu hal lagi, soal membuat membuat catatan ini. sejak awal saya memang berniat untuk mempublikasikan semua catatan ini. Akan saya unggah daring. Dan di sini muncul satu masalah, kamu cukup mengerti saya seorang perfeksionis, yang mengangungkan presisi. Meski terkesan agak buruk, tapi saya rela bekerja keras.
Semalam saya sudah buat laman daring untuk menampung catatan-catatan ini kelak. Namun di kantor tadi tiba-tiba saya berpikir alamat catatanlelakipatahati,blogspot.com terlalu panjang dan terlalu rumit. Kemudian saya ingin mengubahnya jadi patahati.blogspot.com. sialnya domain itu sudah dimiliki. Saya kemudian saya menemukan: remahati.blogspot.com. Saya belum memeriksa di KBBI apakah kata remah baku atau tidak tapi setidaknya remah bisa menyingkat H dari hati.
Dan kamu tahu apa yang saya lakukan setelahnya? Saya buat logo. agar kepala laman bisa lebih indah dibanding tampilan pemberian google. Saya pun masih utak-atik soal tata letak laman. Setelahnya saya berpikir untuk membuat kanal promosi. Instagram jadi pilihan. Elegan,sederhana, dan bisa memungkinkan saya untuk eksplorasi dengan kemampuan saya.
Oh ya,
Beberapa hari lalu, saya juga baru menghabis 13 Reason Why versi Netflix. Tentu saya tak menyukai karakter cengeng macam Hannah Barker. Tapi upayanya mengoleksi memori tentang ketigabelas pemilik mata silet bukan hal sepele.
Tenang sayang, saya tak seimpulsif itu untuk meregang nyama. Kamu tak berharga amat untuk menciptakan motivasi seperti itu. Walau saya masih ingin kamu tak terlambat membaca catatan ini.

Dan sayang semoga kamu menemukan catatan ini.


0 komentar:

Posting Komentar