Duh sayang, kamu memalukan
Saya pikir dengan niat untuk menulis setiap hari,
catatan-catatan ini akan sangat terasa dipaksakan. Meski sejak awal saya
sendiri tidak tahu akan jadi apa seluruh catatan ini beserta turunannya. Tentu saya
berharap kamu menemukannya, hanya itu harapan terakhir yang miliki untuk kamu.
Baru satu paragraf, pikiran saya sudah kemana-mana. Karena
hal yang kamu lakukan ini, sungguh memalukan, sayang.
Sebentar,
Oke, saya mau bilang tanpa arah menulis yang jelas, dan niat
untuk menulis setiap hari, tentu apa yang saya bicarakan kelak akan terkesan
memaksa. Ini yang pertama.
Tapi sepertinya, tantangan itu bisa saya hadapi dari hal-hal
yang kamu lakukan sendiri. Apa yang kamu lakukan barusan. Duh sungguh memalukan.
Sebelum kuberitahu, saya ingin jelaskan mengapa hal itu
memalukan:
Hari ini tak ada yang spesial untuk saya, tak ada gembira,
meski sedih pun enggan terbit. Ahh, ternyata ada rasa excited-saya tak bisa menemukan padanan bahasa indonesia yang tepat
untuk ini-yang saya rasa hari ini. saya akhirnya memutuskan template apa yang
tepat untuk laman catatan daring ini. Apalagi tipe huruf bawaannya cukup baik.
Itu satu hal, dan satu hal akan membawa kita ke hal-hal
lain, sebab hanya waktu yang berkeliling. Karena terlalu asik utak-atik, saya
baru keluar kantor selepas maghrib. Dan sialnya baru jalan mengendarai motor
beberapa meter keluar kantor hujan makin ganas. Saya harus menepi.
Untung masyarakat Indonesia itu keras kepala, sekaligus tamak.
Saya menepi di wrung rokok, yang berdiri di trotoar jalan. Sebungkus rokok,
segelas kopi, hujan, serta perasaan yang hancur. Kombinasi ciamik.
Hujan masih belum melunak, lain orang hilir mudik makin bersesakan
di sekitar saya. saya buat daftar lagu baru di ponsel: britmood++ sebab
beberapa hari belakangan The Smiths sering saya putar berulang dan jadi
motivasi utama. Tentu berikutnya kamu tahu, Out
of Time Blur masuk skuad, yang lainnya ada The Cure, Suede, dan satu lagu
dari Edson, Sunday, Lovely Sunday yang
ternyata bukan berasal dari daratan Britania. Ini alasan saya tambah lambang
plus (+).
Hujan makin mengeras, saya menghabis waktu. Dan hujan memang
teman baik patah hati. Saya mulai goyah, sejak menyebut nama saya pukul 15:25 sampai
menuju pukul sembilan, kamu tak mengirim pesan ke saya. Saya juga
mengeksploitasi seluruh pesanmu hari ini, sungguh menyedihkan. Tiga hari saya
tak bicara kepadamu, pesanmu kepada saya makin berkurang, hilang.
Saya ingin marah. Kamu berjanji pada saya, setelah
berselingkuh hanya akan ada pekerjaan barumu serta saya. kamu hanya akan fokus
sama pekerjaan barumu sembari sesekali memperbaiki perasaan saya.
Iya saya tahu perasaan saya memang tanggung jawab saya. Namun
ia remuk akibatmu, dan kamu berjanji ingin bekerja keras memperbaikinya.
Nyatanya, tak ada apapun, sejak menjelang sore, bahkan dalam maya kamu tak
mengunjungi saya.
Selama tiga hari ini bahkan saya tidak tahu apapun apa yang
kamu kerjakan? Sebegitu sibuk? Itu bukan urusan saya, sebagai yang tersakiti
dan enggan berbesar hati. Itu urusanmu untuk bersiasat.
Selama tiga hari ini saya tidak tahu lelaki mana lagi yang
kamu dekati dengan sadar? Lelaki mana lagi yang kamu peluk?
Sekali lagi saya beritahu, kamu salah, bukan karena
melakukan kesalahan tapi karena terus mengitarinya. Dan kamu memang tidak
sedang bekerja keras memperbaiki apapun.
Perasaan yang rusak, genit yang tak lenyap. Saya punya
alasan untuk kemudian kembali menjelaskan matriks hubungan kita. Saya berhak
untuk kembali marah.
Memang saya sering katakan bahwa yang rusak masih bisa
diperbaiki. Tak lantas dibuang. Tapi begini, tak ada seorang pun yang mau minum
dari gelas yang pecah. Sekalipun ia diperbaiki akan sangat berbahaya sebab
serpihannya bisa masuk ke tubuh. Membunuhmu.
Oleh karenanya saya enggan marah tadi. Sedang hujan mulai
tak jatuh, saya bergegas pulang. Macet, basah, letih. Sepuluhmalam menyambut
saya di rumah.
Saya buka ponsel, banyak pesan masuk. Ada harapan kecil kamu
yang mendominasi pesan itu. Nihil. Setelah seluruh pesan saya lihat, milikmu
baru tiba. Pesan suara empat menit lima detik.
Saya kira akan ada penjelasan atas hilangmu lebih dari 7 jam
ini, atau argumen cengeng yang cenderung omong kosong, atau apapun yang pernah
kamu lakukan sebelumnya.
Sebuah lagu: dari Zayn Malik duet Taylor Swift, yang saya
juga tak tau judulnya apa. Tapi saya tahu itu lagu pengiring sebuah film.
Wow!
Itu memalukan, saying.
Ada marah dan komedi datang bersamaan. Soal marah bisa saya
singkirkan, sebab setidaknya saya punya tema untuk menulis catatan ini.
Dan sayang semoga kamu menemukan catatan ini.
0 komentar:
Posting Komentar